Gambar Sampul Bahasa Indonesia · k_BAB 11 DRAMA II
Bahasa Indonesia · k_BAB 11 DRAMA II
EuisSulastri, dkk

24/08/2021 13:14:33

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

131

Bab 11 Drama II

Pertunjukan (pementasan) teater

“Kunjungan Cinta” karya Friedrich

Durrenmatt oleh Teater Koma dengan

Sutradara dan Penyadur Nano Riantiarno

yang didukung 45 seniman antara lain Butet

Kertaredjasa, di Graha Bhakti Budaya Taman

Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis, 11

Januari 2007.

Tempo/Tommy Satria

Menulis naskah drama berbeda dengan menulis

naskah cerita narasi. Drama terdiri atas adegan-

adegan yang didalamnya meliputi dialog-dialog,

sedangkan cerita terdiri atas paragraf-paragraf.

Dalam drama, perilaku tokoh dapat dideskripsikan

dalam bentuk dialog. Selain itu, perilaku tokoh juga

dapat dideskripsikan dalam bentuk keterangan

lakuan.

11.111.1

11.111.1

11.1

Menulis Naskah Drama

Menulis Naskah Drama

Menulis Naskah Drama

Menulis Naskah Drama

Menulis Naskah Drama

Di semester satu Anda telah mengidentifikasi

peristiwa, pelaku, perwatakan, dialog, dan konflik

pada pementasan drama. Sekarang, Anda akan

berlatih menulis drama.

Ditinjau dari cara penyajiannya, drama dapat

dibedakan menjadi: opera, operet, pantomim, tablo,

lawak, sendratari, sandiwara radio atau drama mini

kata. Tiap jenisnya memiliki perbedaan.

Di bab sebelas, kalian akan kembali menekuni

tentang “Drama”. Khususnya kalian akan diajak untuk

dapat mendeskripsikan perilaku manusia melalui dia-

log naskah drama; dan menarasikan pengalaman

manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah

drama.

Selain itu, kalian juga akan diajak untuk dapat

mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementas-

an drama dan menggunakan gerak-gerik, mimik, dan

intonasi sesuai dengan watak tokoh dalam pementas-

an drama.

Untuk itu,

pertama-tama,

kalian diajak untuk bisa

membaca naskah drama, mendeskripsikan perilaku

manusia melalui dialog naskah drama, dan menulis

teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai

untuk mengembangkan penokohan, menghidupkan

konflik, menghadirkan latar yang mendukung, dan

memunculkan penampilan.

Kedua

, kalian diajak untuk dapat membaca dan

memahami teks drama yang akan diperankan, meme-

rankan drama dengan memperhatikan penggunaan

lafal, intonasi, nada/tekanan, mimik/gerak-gerik yang

tepat sesuai dengan watak tokoh.

132

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

11.1.111.1.1

11.1.111.1.1

11.1.1

Mengenal Unsur-unsur Drama

Mengenal Unsur-unsur Drama

Mengenal Unsur-unsur Drama

Mengenal Unsur-unsur Drama

Mengenal Unsur-unsur Drama

Drama memeliki dua aspek, yaitu aspek cerita dan aspek

pementasan.

a. Aspek cerita

Aspek cerita mengungkapkan peristiwa atau kejadian yang

dialami pelaku. Kadang-kadang pada kesan itu tersirat pesan

tertentu. Keterpaduan kesan dan pesan ini terangkum dalam

cerita yang dilukiskan dalam drama.

b. Aspek pementasan

Aspek pementasan drama dalam arti sesungguhnya ialah

pertunjukan di atas panggung berupa pementasan cerita tertentu

oleh para pelaku. Pementasan ini didukung oleh dekorasi pang-

gung, tata lampu, tata musik dsb.

Kekhasan naskah drama dari karya sastra yang lain ialah adanya

dialog, alur, dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam bentuk

skenario (rencana lakon sandiwara secara terperinci).

Drama memiliki bentuk yang bermacam-macam, yaitu:

1.

Tragedi

ialah drama duka yang menampilkan pelakunya terlibat

dalam pertikaian serius yang menimpanya sehingga menimbulkan

takut, ngeri, menyedihkan sehingga menimbulkan tumpuan rasa

kasihan penonton.

2.

Melodrama

ialah lakon yang sangat sentimental dengan pemen-

tasan yang mendebarkan dan mengharukan penggarapan alur

dan lakon yang berlebihan sehingga sering penokohan kurang

diperhatikan.

3.

Komedi

ialah lakon ringan untuk menghibur namun berisikan

sindiran halus. Para pelaku berusaha menciptakan situasi yang

menggelikan.

4.

Force

ialah pertunjukan jenaka yang mengutamakan kelucuan.

Namun di dalamnya tidak terdapat unsur sindiran. Para pelakunya

berusaha berbuat kejenakaan tentang diri mereka masing-

masing.

5.

Satire

, kelucuan dalam hidup yang ditanggapi dengan kesung-

guhan biasanya digunakan untuk melakukan kecaman/kritik

terselubung.

11.1.211.1.2

11.1.211.1.2

11.1.2

Mendeskripsikan P

Mendeskripsikan P

Mendeskripsikan P

Mendeskripsikan P

Mendeskripsikan P

erilaku dalam Bentuk

erilaku dalam Bentuk

erilaku dalam Bentuk

erilaku dalam Bentuk

erilaku dalam Bentuk

Dialog Naskah Drama

Dialog Naskah Drama

Dialog Naskah Drama

Dialog Naskah Drama

Dialog Naskah Drama

Telah disebutkan di atas bahwa kekhasan naskah drama adalah

adanya dialog dalam naskah drama. Perilaku tokoh dalam naskah

drama dapat tercermin dari dialog yang diucapkan. Selain dalam

dialog, perilaku drama dapat disertakan dalam bentuk keterangan

lakuan.

Perhatikan contoh kutipan drama berikut ini!

Dialog

merupakan percakapan

antarpelaku drama yang meng-

ungkapkan hal-hal atau peristi-

wa yang dipentaskan.

Alur

ialah rangkaian cerita atau

peristiwa yang menggerakkan

jalan cerita dari awal (penge-

nalan), konflik, perumitan, kli-

maks, dan penyelesaian.

Episode

ialah bagian pendek se-

buah drama yang seakan-akan

berdiri sendiri, tetapi tetap me-

rupakan bagian alur utamanya.

133

Bab 11 Drama II

01.

Nenek

:

(Bicara sendiri)

Ah, dasar! Kayak nggak

pernah ingat sudah pikun. Pekerjaannya tak

ada lain cuman bersolek. Dikiranya masih

ada gadis-gadis yang suka mandang.

Hmmmm.

(Mengambil cangkir, lalu dimi-

num)

02.

Kakek

:

(Masuk)

Bagaimana kalau aku pakai kopiah

seperti ini, Bu?

03.

Nenek

: Astaga! Tuan rumah mau ke pesiar ke mana

menjelang malam begini?

04.

Kakek

: Tidak ke mana-mana. Cuman duduk-duduk

saja, sambil membaca koran.

05.

Nenek

: Mengapa membaca koran mesti pakai

kopiah segala?

06.

Kakek

: Agar komplet, Bu.

07.

Nenek

: Yaaaaah. Waktu dulu kau jadi juru tulis,

empat puluh tahun lampau... hebat sekali,

memang. Tapi sekarang, kopiah hanya

bernilai tambah penghangat belaka.

08.

Kakek

:

(Berjalan menuju ke meja, mengambil ko-

ran, lalu pergi ke sofa, membuka lembaran-

nya)

09.

Nenek

: Mengapa tidak duduk di sini?

10.

Kakek

: Sebentar.

Siang itu Ita bergegas menuju kios buku dan majalah bekas

yang ada di pojokan Jalan Mawar. Di sana sudah tampak Bang

Togar yang sedang membereskan tumpukan buku.

“Halo Ita! Kamu pasti butuh buku bacaan lagi kan?” sambut

Bang Togar begitu melihat Ita. Bang Togar masuk ke dalam

kios. Tidak lama kemudian ia keluar dengan tumpukan buku

yang langsung diletakkan di depan Ita.

“Kamu pasti menyukai buku-buku ini. Abang sengaja

menyimpannya untukmu sebelum orang lain membelinya,” kata

Bang Togar kemudian. Benar saja, di tumpukan tersebut terdapat

bermacam-macam bacaan yang menarik. Ada kumpulan

dongeng, komik, novel anak, dan buku cerita bergambar.

Ita buru-buru memilih buku yang diinginkannya. “Tiga buku

berapa, Bang?” tanyanya setelah mendapatkan buku yang

diinginkan.

“Empat ribu rupiah saja untuk Ita. Ita juga boleh mengambil

satu majalah lagi kalau mau,” jawab Bang Togar.

Pada dialog 01 terdapat

deskripsi perilaku

manusia, yaitu tokoh

Kakek.

Ini adalah keterangan

lakuan. Keterangan

lakukan diapit tanda

kurung dan biasanya

dicetak miring.

Keterangan lakuan ini

juga mendeskripsikan

perilaku tokoh.

Kutipan Cerpen

1. Cermatilah

KUTIPAN CERPEN

di samping!

2. Deskripsikan perilaku tokoh

pada kutipan cerpen tersebut

dalam bentuk dialog naskah

drama!

134

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

11.1.311.1.3

11.1.311.1.3

11.1.3

Menyadur Cerpen Menjadi Drama

Menyadur Cerpen Menjadi Drama

Menyadur Cerpen Menjadi Drama

Menyadur Cerpen Menjadi Drama

Menyadur Cerpen Menjadi Drama

Menyadur adalah menyusun kembali cerita secara bebas tanpa

merusak garis besar cerita (KBBI, 2001: 976). Cerpen terdiri atas

paragraf-paragraf, sedangkan drama terdiri atas adegan-adegan dan

dialog.

Di awal Anda telah berlatih mendeskripsikan perilaku manusia

dalam bentuk dialog naskah drama. Sekarang, Anda akan menyadur

cerpen menjadi bentuk drama yang utuh. Langkah-langkah menyadur

drama adalah

a. Membaca cerpen tersebut dengan teliti

b. Mengenali unsur-unsur cerpen, kemudian mencatat unsur-unsur

tersebut.

c. Menyempurnakan catatan dari awal sampai akhir.

Menyadur cerpen dapat dilakukan juga dengan cara memperluas

unsur intrinsik dan unsur-unsur lain yang mendukung cerpen misalnya:

- menambah tokoh

- mengembangkan penokohan

- menghidupkan konflik

- menghadirkan latar yang mendukung

- memunculkan penampilan

(performance)

Sebelum Anda menyadur cerpen menjadi drama pahamilah

bagian-bagian drama berikut ini:

1. pengenalan

2. pemunculan peristiwa atau masalah

3. situasi menjadi rumit atau masalah menjadi kompleks

4. masalah/persoalan mencapai klimaks/titik kritis

5. situasi surut dan penyelesaiannya

Bacalah cerpen karya Seno Gumira Ajidarma berikut ini!

Duduk di T

Duduk di T

Duduk di T

Duduk di T

Duduk di T

epi Sungai

epi Sungai

epi Sungai

epi Sungai

epi Sungai

Cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Ia meraup remah-remah

roti dari telapak tangannya yang bergurat kasar. Melemparkannya

ke pasir putih. Lantas merpati itu mematukinya. Angin mengge-

lepar ditingkah bunyi sayap mereka, yang datang dan pergi

sesekali. Suara sungai seperti aliran mimpi.

“Terbangnya cepat dan tinggi?” tanya si cucu, sambil terus

memandangi makhluk bersayap itu tanpa berkedip.

“Tentu saja, coba lihat matanya ....”

Dan lelaki tua yang telah merasuki hidup itupun bercerita ten-

tang mata, paruh, dan bulu-bulu dan warna-warna, dan segala

macam hal tentang merpati yang diketahuinya. Ia memindahkan

seluruh pengalaman hidupnya pada si anak. Dan si anak merekam

seluruh pengalaman hidup orang tua itu.

Dialog dalam drama

berfungsi untuk:

a. mengemukakan persoalan

secara langsung;

b. menjelaskan tentang tokoh

atau perannya;

c. menggerakkan plot maju; dan

d. membuka fakta.

Kompas, 9 Sept 06

Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di

Boston, AS tahun 1958. Buku kum-

pulan cerpen karyanya adalah

Manusia Kamar

(1987),

Penembak

Misterius

(1993),

Aksi Mata

(1994),

Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi

(1995),

Sebuah Pertanyaan untuk

Cinta

(1996),

Negeri Kabut

(1996),

Iblis Tidak Pernah Mati

(1999), dan

Atas Nama Cinta

(1999).

135

Bab 11 Drama II

“Merpati juga sering disebut burung dara,

kamu tahu kenapa?”

“Tidak.”

“Aku juga tidak. Orang-orang tua seperti aku

tidak pernah diberi pelajaran Bahasa Indonesia.

Mestinya kamu lebih tahu.”

“Aku akan tahu nanti, sekarang belum.” Anak

itu menjawab sambil menatap mata kakeknya.

Mata anak itu bening, tajam dan bercahaya, ba-

gaikan memancar langsung dan menyelusup ke

dalam mata kakeknya. Mata kakeknya juga ber-

cahaya, tapi tidak lagi begitu bening dan tidak lagi

begitu tajam. Mata itu juga menusuk langsung ke

dalam mata cucunya. Kakek itu melihat masa lalu

lewat mata cucunya.

Dulu ia juga mengenal banyak hal dari kakek-

nya. Ia mengenal lumpur sawah. Ia mengenal ker-

bau. Ia mengenal bunga rumput. Ia mengenal se-

ruling. Ia mengenal suara sungai. Itu semua dari

kakeknya. Lantas terpandang telapak tangannya

sendiri yang keriput. Ia teringat telapak tangan ka-

keknya. Telapak tangannya sendiri dulu juga seperti

telapak tangan cucunya.

“Itu semua sudah berlalu,” batin kakek itu

sambil terus memandang mata cucunya. Ia seperti

mencari sesuatu dari dirinya sendiri dalam diri

cucunya. “Tentu ada sesuatu dari diriku,” batinnya

lagi, “seperti juga ada sesuatu dari diri kakekku

dalam diriku.”

“Apakah kakek dulu juga bersekolah seperti

aku?”

“Aku tidak pernah sekolah Nak, aku dulu

belajar mengaji.”

“Mengaji?”

“Ya, mengaji. Kamu tahu kan? Sebetulnya itu

sekolah juga. Ayat-ayat kitab suci mengajarkan

bagaimana hidup yang benar.”

“Kenapa Bapak tidak mengajari aku mengaji

sekarang?”

“Tanyakan saja sendiri. Mungkin karena waktu-

mu habis untuk sekolah. Kamu selalu pergi sampai

sore.”

“Kalau memang kitab suci mengajarkan hidup

yang benar, seharusnya Bapak menyuruh aku

belajar mengaji.”

“Ya, tapi banyak orang berpikir belajar mengaji

itu aneh di zaman sekarang. Mungkin bapakmu juga

berpikir begitu. Ia berpikir kamu lebih baik belajar

bahasa Inggris.”

“Apakah hidup kita akan tidak benar kalau tidak

pernah belajar mengaji sama sekali?”

Kakek itu terperangah. Keningnya berkerut. Ia

menatap mata cucunya yang bening dan polos

bercahaya. Itulah pertanyaan yang pernah ia ajukan

kepada kakeknya dulu. Tapi ia tak ingin menjawab

pertanyaan cucunya dengan jawaban kakeknya. Ia

sendiri sudah lama berusaha menjawab pertanya-

an-pertanyaan. Sekarang ia merasa harus berusa-

ha keras menjawab pertanyaan cucunya itu, karena

ia berpikir akan teringat sampai mati. Sering kali

ia merasa sudah menemukan jawaban, tapi ia ta-

kut itu merupakan jawaban yang tidak sesuai untuk

cucunya. Selama ini ia memang sudah menemukan

keyakinan, namun ia juga ingin cucunya menemu-

kan keyakinan sendiri.

“Tanyakan saja pada gurumu, Nak. Tentunya

ia punya jawaban yang bagus.”

“Guruku tidak pernah menjawab, Kek, ia hanya

mengajarkan bagaimana caranya aku menemu-

kan jawaban.”

“Wah, kalau begitu sekolahmu itu pasti sekolah

yang bagus. Kamu beruntung sekali, Nak, kamu

sangat beruntung ....”

Anak kecil itu masih memandang mata kakek-

“Merpati juga sering disebut burung dara, kamu

tahu kenapa?”

136

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

nya tanpa berkedip. Mereka saling bertatapan dan saling merasuki

lorong kehidupan yang panjang ke masa lalu dan ke masa depan.

Orang tua itu teringat kembali ia dulu juga menatap mata kakek-

nya begitu lama dan ia waktu itu merasakan rekaman sebuah

perjalanan panjang sedang memasuki dirinya dan kini ia tengah

memindahkan perjalanan kakeknya dan perjalanannya sendiri

dalam diri cucunya dan ia membayangkan apakah cucunya kelak

setelah menjadi kakek akan memindahkan perjalanan leluhurnya

ke dalam diri cicitnya.

Sungai itu mendesah. Burung dara mengepakkan sayap. Desah

sungai selalu seperti itu dan kepak sayap burung juga selalu

seperti itu tapi manusia selalu berubah.

Kakek itu mendengar cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Burung-

burung mematuki remah roti di telapak tangannya dan anak

kecil itu merasa geli dan karena itu ia tertawa terkekeh-kekeh.

Kakek itu memandang cucunya berlari-lari melintasi kerumunan

burung-burung sehingga burung-burung itu beterbangan seben-

tar sebelum merendah kembali mematuki remah-remah roti di

antara kerikil. Cucunya berlari-larian di atas kerikil bercampur

pasir putih yang bersih.

“Ini sebuah tempat yang bagus,” pikir orang tua itu. Di seberang

sungai itu ada pohon-pohon yang rindang tempat remaja

berpacaran dan di seberang pohon-pohon rindang itu ada pagar

tembok dan di luarnya membayang deretan gedung-gedung ber-

tingkat dan di atas gedung-gedung bertingkat itu bertengger

antena-antena parabola.

Mata orang tua itu berkedip-kedip karena silau.

“Kakek! Ke sini!”

Terdengar cucunya memanggil.

Orang tua itu duduk mendekat. Ia melihat cucunya duduk di

tepi sungai. Sungai itu airnya jernih. Dasarnya terlihat jelas.

Terlihat ikan bergerak-gerak di celah batu. Ia memandangi cucu-

nya, ingin tahu anak itu mau berkata apa. Tapi anak kecil itu

cuma membenamkan dagu antara kedua lututnya. Seperti men-

dengarkan sungai. Remah-remah roti yang mereka bagikan telah

habis. Burung-burung melayang pergi. Mereka berdua meman-

dang burung-burung itu beterbangan di langit. Makin lama makin

menjauh dan menghilang seperti masa yang berlalu. Tak terde-

ngar lagi kepak sayap burung. Tinggal suara sungai yang gemeri-

cik dan udara yang bergetar ditembus cahaya matahari.

Kyoto - Jakarta. 1986 - 1988

Sumber: Kumpulan cerpen

Dilarang Bernyanyi di Kamar

Mandi

, karya Seno Gumira Ajidarma

1. Bentuklah kelompok yang ma-

sing-masing kelompok terdiri 4

orang!

2. Bacalah cerpen

Duduk di Tepi

Sungai

dengan saksama!

3. Tentukan unsur-unsur intrinsik

pada cerpen tersebut!

4. Sadurlah cerpen tersebut men-

jadi bentuk drama!

5. Carilah cerpen atau novel di ma-

jalah atau surat kabar! Ubahlah

bentuk cerpen atau novel terse-

but menjadi sebuah naskah

drama!

Gbr.11.1

Sampul depan buku kumpulan

cerpen Dilarang Bernyanyi di

Kamar Mandi, karya Seno

Gumira Ajidarma.

Paska doc.

137

Bab 11 Drama II

11.211.2

11.211.2

11.2

PP

PP

P

ementasan Drama

ementasan Drama

ementasan Drama

ementasan Drama

ementasan Drama

Sebelum memerankan drama kita perlu membaca terlebih dulu

teks drama secara sungguh-sungguh. Pembacaan perlu dilakukan

dengan membaca dalam hati, kemudian membaca bersuara sesuai

dengan peran. Karena itu kita juga harus menghayati penokohan

yang akan kita perankan.

11.2.111.2.1

11.2.111.2.1

11.2.1

Memerankan Drama

Memerankan Drama

Memerankan Drama

Memerankan Drama

Memerankan Drama

Seorang dramawan yang baik hendaknya menguasai teknik

peran. Teknik peran

(acting)

adalah cara mendayagunakan peralatan

ekspresi (baik jasmani maupun rohani) serta keterampilan dalam

menggunakan unsur penunjang. Yang termasuk keterampilan meng-

gunakan alat ekspresi jasmani adalah keterampilan menggunakan

tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran dalam

vokal, dan kekayaan imajinasi yang diwujudkan dalam tingkah laku.

Adapun peralatan ekspresi yang bersifat kejiwaan ialah imajinasi,

emosi, kemauan, daya ingat, inteligensi, perasaan, dan pikiran.

Oleh seorang pemeran drama, watak tokoh akan digambarkan

dengan:

†

penampilan fisik (gagah, bongkok, kurus, dan sebagainya);

†

penampilan laku fisik (lamban, keras, dinamis, dan seba-

gainya);

†

penampilan vokal (lafal kata-kata, dialog, nyanyian, dan seba-

gainya); dan

†

penampilan emosi dan IQ (pemarah, cengeng, licik, dan

sebagainya).

Hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih dengan olah vokal/suara

dan olah sukma.

Seorang pemain drama yang baik adalah seorang yang memiliki

kemampuan:

†

berakting dengan wajar;

†

menjiwai atau menghayati peran;

†

terampil dan kreatif;

†

berdaya imajinasi kuat; dan

†

mengesankan (meyakinkan penonton).

Agar mempunyai kemampuan sebagai pemain drama yang baik,

selain memperhatikan lima hal yang berkaitan dengan pembacaan

naskah ada empat hal lagi yang harus diperhatikan.

A. Ekspresi wajah

1. Ekspresi mata

Mata merupakan pusat ekspresi sehingga harus diolah, dilatih,

dan disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan berbagai

emosi. Cobalah berlatih di depan cermin untuk menunjukkan

rasa girang, marah, dan sebagainya dengan berimajinasi/

membayangkan suatu hal!

Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam

membacakan dialog drama

1.

Lafal

adalah cara seseorang

mengucapkan bunyi bahasa

2.

Intonasi

adalah lagu

kalimat/ketepatan tinggi

rendahnya nada (pembaca

dialog, pembaca berita)

3.

Nada

adalah tinggi rendah

ucapan/ungkapan keadaan

jiwa atau suasana hati

4.

Tempo

adalah waktu/

kecepatan gerak atau

kecepatan artikulasi suara.

138

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

2. Ekspresi mulut

Sesudah ekspresi mata dilatih/disesuaikan, baru ekspresi

mulut, karena perasaan yang terpancar dari mata meram-

bat ke mulut dengan cara yang sama. Usahakan ekspresi

mata sejalan/sesuai dengan ekspresi mulut sehingga kedua-

nya saling mendukung dan mempertegas emosi yang akan

ditonjolkan melalui ekspresi seluruh wajah.

2. Keterampilan kaki

Pemain pemula banyak yang berpenampilan kaku karena kaki

seperti tertancap paku. Kaki harus membuat pemain lebih hidup.

Maka harus diusahakan posisi kaki mengikuti arah muka. Jika

muka bergerak ke kiri, ikutilah dengan mengubah posisi kaki

dan tubuh ke kiri juga.

3. Suara dan ucapan

Jika kita bermain tanpa pengeras suara, maka dituntut suara

yang lantang agar dapat meraih sejauh mungkin pendengar.

Yang penting di sini adalah bagaimana agar suara kita dapat

jelas terdengar tapi tidak memekik.

Banyak orang berbicara dengan rahang dan bibir hampir-hampir

tertutup dan tidak digunakan semestinya. Turunkan rahang dan

lidah. Buka bibir dan letupkan suara. Atau berlatihlah dengan

menguap yang seakan-akan mengantuk, kemudian turunkan

rahang dan suarakan vokal/ huruf hidup.

4. Penafsiran/Interpretasi

Dalam penafsiran seorang pemain harus memahami keseluruhan

cerita yang dijalin dalam plot tertentu serta mengenal watak

tokoh yang diperankannya. Kegiatan ini dapat menjadi kerja-

sama antara sutradara dan pemain/aktor dalam memahami nas-

kah.

11.2.211.2.2

11.2.211.2.2

11.2.2

TT

TT

T

eks Drama

eks Drama

eks Drama

eks Drama

eks Drama

Naskah sinetron

Si Kabayan

, semuanya terdiri dari 26 episode

dan tamat tiap episode dengan durasi tiap episode satu jam. Naskah

skenario jenis komedi ini sebagai perwujudan dari skenario yang

memiliki tokoh tetap: Si Kabayan, Nyi Iteung, Armasan, Abah, Ambu,

Tukang Lahang, Pak Lurah, dan Bu Ida (Bu Guru). Tiap episodenya

bisa dikerjakan oleh penulis skenario yang berlainan dengan mema-

hami karakter mereka.

Sinetron ini ditayangkan di SCTV dan pernah masuk nominasi

terbaik Festival Sinetron Indonesia 1997 untuk Penyutradaraan (Didi

Petet), Pemeran Utama Pria (Didi Petet), Pemeran Utama Wanita

(Peggy Melati Sukma), Pemeran Pembantu Pria Terbaik (Sena A.

Utoyo), Teleplay (Eddy D. Iskandar), Penata Musik (Harry Roesli),

Penata Artistik (Chep Irma Idris), Penata Suara (Tumino), Penata

Sinefotografi (Eki Andreas & Fauzi), dan jenis Sinetron Komedi Seri.

Berikut kutipannya.

Karakter Kabayan.

Karakter Iteung.

139

Bab 11 Drama II

KabayanKabayan

KabayanKabayan

Kabayan

01. EXT. SEBUAH SUNGAI (SIANG)

Mulai dengan aliran air sungai yang mem-

buncah melalui batu-batu besar. Ada suara burung,

suara gemersik daun, dll. Kemudian tampak Si

Kabayan sedang jongkok di atas sebuah batu besar

di tengah aliran air sungai. Ia asyik memancing.

Kabayan

: “Pada ke mana

atuh

ikan

teh

?

Siapa yang

ngasih

tahu kalau

saya akan mancing di sini? Atau

karena umpannya kurang lezat?

Aaahhh... pasti ikan-ikan besar,

kalian sedang sembunyi, ya?

Tukang Lahang muncul dan berdiri di pinggir

sungai. Ia berteriak.

Tukang Lahang : Sudah dapat berapa ikannya

Kabayan?

Kabayan

:

(Kesal)

Kelihatannya sudah

dapat berapa!

Tukang Lahang : Pasti nyamos, nya! Belum dapat!

Kabayan

:

Bae lah

!

Tukang Lahang : Memangnya dikasih umpan

apa, Kabayan?

Kabayan

: Biasa. Cacing!

Tukang Lahang : Pantesan atuh. Kalau mau cepat

disanggut sama ikan, umpan-

nya mesti biji salak.

Kabayan

:

Enyaan

? Betul baneran?

Tukang Lahang : Iya tapi

siki

salaknya mesti

dikulub

dulu sampai empuk.

Si Kabayan memandang Tk. Lahang dengan

kesal.

Kabayan

: Moal

dibeulian deui siah!

Tukang Lahang : Pergi dulu ah, Kabayan! Mau

nemuin Bu Ida, dia

mah

suka

sekali dengan lahang bikinan

saya!

Kabayan

:

Jor we!

Tukang Lahang pergi. Si Kabayan menguap

berkali-kali.

02. EXT. RUMAH ABAH (SIANG)

Di ruang tengah, Abah dan Ambu sedang

memberi nasihat kepada Nyi Iteung. Nyi Iteung

merundukkan kepala. Abah bicara begitu berse-

mangat.

Abah

: Kalau cari suami harus yang je-

las masa depannya, jangan

seperti si Kabayan!

Iteung

: Tapi Kang Kabayan

mah

baik.

Nyaah s

ama Iteung.

Abah

: Baik? Baik apanya? Kalau me-

mang baik... pasti suka ngirim

uang, paling sedikit ngirim ikan

kesenangan Abah. lkan gura-

me!

Ambu

: Abah teh

kumaha. A

pa-apa

selalu saja diukur

pake

uang.

Abah

: Di mana-mana

ge ngukur mah

selalu ada kaitannya dengan

uang. Coba saja kalau tanah

sedang diukur, biasanya kan

buat dijual.

Iteung

: Tapi, Abah ... Kang Kabayan

mah

orangnya jujur.

Abah

: Jujur tapi ngedul.

Ambu

: Bodoh tapi

pinter

!

Abah

: Enak aja. Masa Si

Borokokok

dibilang

pinter

? Mestinya, bodoh

tapi dungu!

Iteung

: Kalau cari suami

mah

yang

penting kan sayang dan setia.

Kang Kabayan

mah

sayang dan

setia sama Iteung.

Abah

: Eh ... Iteung! Memangnya

sayang dan setia itu bisa dima-

kan? Yang penting

mah ...

harta

dulu. Iya kan, Ambu?

Ambu

: Itu

mah

sifat Abah. Harta dan

Si

Geol

!

Abah

: Apa?

Ambu

: Jangan pura pura. Kesetiaan

Abah

mah

patut diragukan, se-

bab Abah mah gampang ter-

goda sama penari jaipong ... Si

Geol!

Abah

: Ambuuuu ...

Nyi Iteung cuma tersenyum. Abah menatap

Nyi Iteung dengan kesal.

Abah

: Ingat ... calon menantu Abah

mah

harus banyak uang dan ...

Iteung

: Tahu kesenangan Abah ... ikan

gurame!

140

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

03. EXT. SUNGAI (SIANG)

Si Kabayan masih tetap memancing. Bahkan

kini mulai mengantuk. Sambil terus memegang

jeujeur, kepalanya mengentak-entak menahan

kantuk yang berat.

FLASHBACK

04. EXT. RUMAH ABAH (SORE)

Si Kabayan tiba di rumah Nyi Iteung sambil

menenteng beberapa ekor ikan gurame besar. Nyi

Iteung, Abah, dan Ambu menyambutnya dengan

gembira.

Abah

: Jadi ini

teh

ikan buat Abah,

Kabayan?

Kabayan

: Iya, Bah. Itu juga ... kalau Abah

seneng ikan yang besar-besar,

terutama ikan gurame.

Abah

:

Ih, puguh

we, Kabayan! lkan

gurame besar

mah

kalau digo-

reng garing, lalu

dicoel kana

ke-

cap, rasanya

teh edun suredun.

Iya kan Ambu?

Ambu

:

Edun

dan

ecot

lagi.

Abah

: Apalagi kalau dikasih bumbu

yang

kuled,

lalu diberi

cengek,

pasti jempol

we

,

nya Ambu?

Ambu

: Apalagi kalau ikannya ikan

emas yang sedang

endogan!

Abah

: Jangan lupa, kalau ikannya

endogan,

telor ikannya khusus

buat Abah.

Ambu

: Tuh, kan Abah

mah

rakus. Masa

Abah telornya

ari

Ambu cuma

peujit

nya.

Abah

: Jangan macam-macam, Ambu.

Soal endog ikan, itu urusan

Abah! Urusan Ambu

mah,

menggoreng ikan lengkap de-

ngan bumbunya!

Iteung

: Abah dan Ambu

teh

bagaimana

... Masa nggak berterima kasih

sama Kang Kabayan?

Abah

: Ohhh heueuh heueuh Abah

lupa.

Nuhun,

Kabayan! Terima

kasih! Terima kasih! Kalau tiap

hari kamu bawa ikan-ikan be-

sar seperti sekarang ini, Abah

mah

tidak keberatan punya

menantu

borokokok

seperti

kamu juga.

Nyi Iteung memandang Si Kabayan. Si Kabayan

memandang Nyi Iteung. Keduanya tersenyum. Si

Kabayan mengedipkan mata.

FLASHBACK BERAKHIR

05. EXT. SUNGAI (SIANG)

Tiba-tiba Si Kabayan tersentak dari kantuk-

nya, sebab kailnya seolah ada yang menarik. Begitu

kuatnya tarikan kail itu sehingga hampir hampir

saja Si Kabayan terpeleset.

Kabayan

:

Ambuing..ambuuiingngng ...

berani beraninya kamu meng-

ganggu orang yang lagi tidur!

Ikan

nana-haon

ini

teh?

Pasti

kamu ikan besar, ya? Tenagamu

kuat sekali. Tapi jangan coba-

coba melawan, ya? Kabayan

teaaaa!!!!

Terjadi tarik ulur. Si Kabayan mengerahkan

tenaganya.

Kabayan

:

Sok siah!

Nanti akan kuberikan

kepada Abah, biar Abah se-

nang! Biar saya cepat jadi me-

nantunya! Pasti kamu ikan

jagoan, yang makan daging ka-

mu juga mesti calon mertua

jagoan!

Si Kabayan menarik sekaligus kailnya. Ia

terperangah, tatkala melihat yang nyangkut di

kailnya tak lebih dari seekor ikan kecil, sebesar

kelingking. Si Kabayan menatap ikan itu sambil

garuk-garuk kepala. Bahkan kemudian telunjuknya

menuding ikan itu.

Kabayan

: Kamu ini ... masih kecil sudah

berani

nangtang,

ya? Pasti ka-

mu suka latihan silat,

nya?

Te-

naga dalammu kok kuat sekali.

Si Kabayan melepaskan ikan itu dari kailnya

dengan hati-hati.

Kabayan

: Ayo, balik lagi ke sana! Bilang

sama teman-temanmu, Kaba-

yan

mah

ingin ikan gede!

Si Kabayan melemparkan kembali ikan kecil

itu ke sungai.

06. EXT. JALAN DI KAMPUNG (SIANG)

Si Kabayan berjalan sendirian dengan wajah

murung. Dari arah yang berlawanan ia melihat

tukang ikan sedang menawarkan dagangannya.

141

Bab 11 Drama II

Tukang Ikan

:

Lauukkk Emaasss!!!

Gurameeee!!!!

Sambil menawarkan dagangannya, tukang

ikan sering kelihatan nyengir karena tanggungan

ikannya dirasakan terlalu berat. Si Kabayan dengan

membawa kail di tangan, terheran-heran mem-

perhatikan wajah tukang ikan.

Kabayan

: Kenapa, Mang? Sakit?

Tukang Ikan

: Ini nih, Kabayan! Tanggungan-

nya berat!

Kabayan

: Jangan jangan ...

Tukang Ikan

: Ada apa, Kabayan?

Kabayan

: Jangan jangan . . . ada ikan

kajajaden.

Ikan jadi-jadian.

Tukang Ikan

: Maksudmu ikan hantu, Kaba-

yan?

Kabayan

: Mungkin ...

Tukang ikan segera menurunkan tanggung-

annya dengan wajah agak memucat, ketakutan.

Tukang Ikan

: Coba kamu lihat dulu, Kabayan

...

Tukang Ikan memperlihatkan ikan-ikan yang

ada di dalam tanggungan. Si Kabayan tergiur me-

lihat dua buah ikan gurame yang besar.

Kabayan

: Itu itu apa?

(sambil menunjuk

ikan gurame).

Tukang Ikan

: Maksudmu itu ikan hantu,

Kabayan?

Kabayan

: Itu ... ikan gurame, ya?

Tukang Ikan

: Ikan gurame hantu, Kabayan?

Ikan gurame jadi-jadian?

Kabayan

: Mana saya tahu, Mang.

Tukang ikan mengambil kedua ikan gurame

besar itu, lalu disimpan di dalam tas plastik besar

yang berisi air.

Tukang Ikan

: Nih, pegang dulu, Kabayan.

Si Kabayan memegang plastik yang berisi ikan

gurame itu. Tukang ikan segera mengangkat tang-

gungannya. Wajahnya tidak meringis lagi.

Tukang Ikan

: Kamu benar, Kabayan! Tang-

gungannya sekarang jadi en-

teng! Ikan itu ikan

kajajaden!

Ikan hantu! Buang saja, Kaba-

yan!

Kabayan

: Dibuang?

Tukang Ikan

: Iya! Tolong dibuang, ya Kaba-

yan?

Tukang ikan bergegas pergi meninggalkan Si

Kabayan. Si Kabayan termangu, lalu tersenyum

sambil geleng-geleng kepala.

Kabayan

: Dibuang? Ah jangaannn

lebar.

Dari pada dibuang lebih baik di-

berikan pada Abah. Abah

mah

paling senang dengan, ikan

ka-

jajaden ...

ikan jadi-jadian.

Ikan kecil lalu jadi besar!

Heuheuy deueuhhh

... dasar

milik!

Si Kabayan berjalan sambil berjingkrak

gembira.

07. EXT. JALAN DI KAMPUNG (SIANG)

Di bawah sebuah pohon rindang, kelihatan

Armasan sedang meneguk segelas lahang.

Tukang Lahang : Armasan, ajari saya main silat

atuh

.

Armasan

: Satu jurus, satu gelas lahang,

ya?

Tukang Lahang : Jangan

atuh

. Rugi di saya.

Armasan

: Kalau begitu, saya perlihatkan

satu adegan komplit, berbagai

jurus aneh. Tapi lahang yang

barusan gratis.

Tukang Lahang :

Sok lah

.

Armasan lalu pasang kuda-kuda. Dengan

jurus jurus kocak (yang bisa mengingatkan pada

jurus milik Jacky Chan atau Andy Lau), Armasan

mempertontonkan kemahirannya. Si Kabayan yang

muncul di antara keduanya terheran-heran.

Kabayan

: Jurus

naon tateh

Armasan?

Armasan

: Jurus mendapatkan segelas

lahang.

Tukang Lahang : Kabayan, kamu teh dapat ikan

besar, ya?

Kabayan

: Iya, dengan umpan biji salak.

Tukang Lahang : Tuhhhh, bener, kan?

Armasan

: Dengan biji salak?

Tukang Lahang : Iya, umpannya dengan biji

salak.

Armasan

: Jadi, ikan besar, sekarang ini

suka biji salak? Kalau begitu

pinjem dulu kailnya, Kabayan!

Armasan langsung merebut kail yang dipegang

Si Kabayan.

Kabayan

: Kamu

teh

mau apa, Armasan?

142

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Armasan

: Pinjem dulu kailnya, Kabayan!

Mau mancing pake biji salak!

Armasan langsung saja bergegas mening-

galkan Si Kabayan dan Tukang Lahang. Si Kabayan

memandang Tukang Lahang. Tukang Lahang

tersenyum.

Tukang Lahang : Saya bilang juga apa, Kaba-

yan! Nih ... minum lahang dulu!

Si Kabayan mengambil gelas lahang, lalu

meneguknya.

Kabayan

:

Nuhun,

ah. Saya pergi dulu!

Tukang Lahang : Tunggu dulu, Kabayan! Bayar-

annya mana?

Kabayan

: Rebus dulu biji salak sampai

empuk, baru lahangnya diba-

yar!

Setelah berkata begitu, Si Kabayan ngeloyor

pergi. Tukang Lahang garuk-garuk kepala dengan

kesal.

Tukang Lahang : Ah, lebih baik latihan jurus silat

seperti Armasan.

Tukang Lahang lalu meniru jurus-jurus silat

Armasan, tapi peragaannya lebih ngawur dan lebih

kocak. Tukang Lahang berhenti latihan, karena

kecapaian, napasnya tersengal-sengal.

Tukang Lahang : Minum dulu, ah.

Tukang Lahang menuangkan air lahang ke

dalam gelas, tapi air lahang ternyata sudah habis,

cuma jatuh setetes.

08. EXT./INT. RUMAH ABAH (SIANG)

Seorang wanita yang sebaya dengan Nyi

Iteung, mengenakan rok mini yang ketat, mem-

bawa tas, melenggang sensual menuju ke rumah

Abah. Wanita bernama Mona itu mengetuk. Pintu

segera dibuka, oleh Abah disertai Ambu.

Begitu pintu dibuka, mata Abah terbengong-

bengong melihat ke arah tubuh Mona yang terbalut

ketat, terutama ke arah pahanya. Ambu mencubit

pinggang Abah dengan kesal. Abah meringis,

hendak berteriak, tapi tertahan.

Mona

: Apakah ini rumah Iteung?

Abah

: Eneng

teh

siapa? Apakah te-

mannya Iteung yang dari kota?

Mona

: Betul, Om ... Tante ...

Abah

: Ini mah Abah bukan Om. Dan

ini Ambu, bukan Tante.

Mona tersenyum.

Mona

:

Sorry

Iya ... Iteung pernah ce-

rita, katanya kalau ia memang-

gil orang tuanya dengan se-

butan Abah dan Ambu.

Ambu

: Kalau

Eneng

ini ... memanggil

orang tuanya dengan sebutan

apa?

Mona

: Nama saya Mona ... Kalau saya

biasa memanggil ayah dengan

Daddy ...

kalau ibu biasa di-

panggil

Mom

.

Abah dan Ambu saling berpandangan

keheranan.

Mona

: Iteungnya ada?

Ambu

: Sedang keluar sebentar. Men-

dingan tunggu di dalam saja,

yu!

09. EXT. JALAN KE RUMAH ABAH SIANG

Si Kabayan sedang berjalan berdampingan

dengan Nyi Iteung. Nyi Iteung menjinjing plastik

berisi ikan gurame.

Iteung

: Abah pasti akan senang, Kang.

Kabayan

: Kabayan

tea atuh ...

selalu pin-

ter bikin senang calon mertua.

Mata Nyi Iteung mengerling dengan wajah

tersipu.

Iteung

: Ah, Akang

mah.

Kabayan

: Jangan lupa, ya Nyi.

Iteung

:

Naon tea?

Kabayan

: Besok ketemu di saung.

Iteung menganggukkan kepala. Si Kabayan dan

Nyi Iteung memasuki halaman rumah Abah. Se-

mentara itu, begitu Abah melihat ke arah Si Kaba-

yan dan Nyi Iteung yang muncul ditemani Si

Kabayan, Abah tampak kaget.

Abah

: Itu ... Si Iteung! Kenapa mesti

berduaan sama Si

Borokokok!

Mona segera memburu Nyi Iteung. Abah dan

Ambu mengikuti.

Mona

: Iteung!

Iteung

: Mona!

Mona memeluk Nyi Iteung, lalu mengecup pipi

kiri dan kanannya. Si Kabayan terbengong-bengong

menyaksikan pakaian Mona yang serba minim dan

serba ketat.

Kabayan

:

(bicara sendiri)

Kasihan ...

waktu bikin pakaian pasti dia

kekurangan kain!

143

Bab 11 Drama II

Si Kabayan tersentak, ketika Nyi Iteung mem-

perkenalkannya kepada Mona.

Iteung

: Kang Kabayan ... kenalkan dulu

. . . ini Mona, teman saya waktu

masih di kota.

Si Kabayan langsung menyalami Mona dengan

kedua tangannya sambil membungkukkan tubuh.

Mona yang sudah siap menyalami Si Kabayan

dengan sebelah tangan sambil berdiri tegak, segera

mengubah geraknya mengikuti cara Si Kabayan.

Kabayan

: Kabayan

tea

...

Mona

: Mona Monika Monalisa Maemu-

nah.

Abah memandang Si Kabayan dengan pan-

dangan yang tidak bersahabat.

Abah

: He, Kabayan! Berani beraninya

kamu jalan berduaan dengan Si

Iteung?

Kabayan

: Abah

teh

bagaimana ... tentu

saja berani. Kalau jalan berdua

dengan Nyi Iteung mah ke pun-

cak gunung juga berani.

Abah

: Pokoknya aku tidak mau lihat

lagi kamu jalan berduaan de-

ngan Nyi Iteung!

Kabayan

: Itu, Bah. Ituuu . . . (menunjuk

ke bungkusan. Plastik yang di-

pegang Nyi Iteung).

Abah memperhatikan apa yang ditunjuk Si

Kabayan. Ia kaget, tapi wajahnya langsung berseri-

seri.

Abah

: Apa? Ikan? Ikan gurame? Beli

di mana? Buat siapa?

Kabayan

: Buat siapa lagi kalau bukan buat

Abah.

Abah

: Buat Abah?

Ambu

: Buat Ambu juga.

Mona

: Gurame? Wah itu sih ikan favo-

rit saya.

Nyi Iteung tersenyum.

Iteung

: lkannya ada dua. Besar-besar.

Jadi cukup untuk kita semua.

Abah

: Tapi ...

Ambu

: Jangan takut, Abah pasti ke-

bagian yang paling besar!

Iteung

: Tapi Abah ... Abah mesti bilang

terima kasih dulu dong sama

Kang Kabayan.

Abah

: Ambu saja.

Ambu

: Eeehhhh ...Abah

atuh

.

Abah

: Iteung saja.

Mona memperhatikan mereka sambil ter-

senyum.

Mona

: Biar saya saja.

Mona menatap Si Kabayan.

Mona

: Terima kasih tak terhingga, te-

rima kasih banyak, Kabayan!

Kabayan

: Terima kasihnya tidak usah ba-

nyak-banyak,

Neng.

010. INT. KAMAR ITEUNG (MALAM)

Nyi Iteung berbaring di atas ranjang berdam-

pingan dengan Mona.

Mona

: Masa cuma ngasih ikan gurame

dua ekor aja kamu udah yakin

akan kesetiaannya?

Sekumpulan siswa mementaskan

drama Kabayan.

144

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

Iteung

: Kang Kabayan memang sangat jujur, sangat

bersahaja dan sangat setia.

Mona

: Tapi, Teung jauh lebih jujur dan lebih setia pa-

carku yang sekarang. Namanya Ricky. Keren, kan?

Iteung

: Kamu teh sudah berapa kali ganti pacar?

Mona

: Baru empat kali. Tapi sama Ricky kayaknya

oke

banget. Bener-bener

enjoy.

Kamu sendiri

gimana, Teung?

Iteung

: Saya

mah

... saya

mah ... c

uma milik Kang Kabayan!

Mona tersenyum.

Mona

: Kamu

nggak nyesel

?

Iteung

: Menyesal kenapa?

Mona

: Kok langsung percaya aja sama satu cowok.

Mestinya cari lagi cowok yang lain, pasti banyak

yang lebih

oke

dari Kabayan.

Iteung terdiam.

Mona

: Tahu nggak? Ricky itu kalau ngasih sesuatu

yang nilai uangnya tinggi. Ini nih ... cincin emas

pake berlian, hadiah dari dia. Kalau ngirim ma-

kanan, buah buahan, atau sejenisnya sih nggak

kehitung lagi.

Iteung

: Orang tuamu pasti seneng, ya?

Mona

: Iya, dooongng ... Masa depannya juga cerah.

Bapaknya kan pemilik enam perusahaan. Dia

pasti akan mewarisi salah satunya.

Mangkanya

gue

bilang, kalau sama Ricky sih udah oke ba-

nget. Pokoknya, Ricky itu nomor satu di dunia!

Nggak bakalan bikin

aku sengsara. Kalau

Kabayan kerjanya apa?

Iteung

: Kerjanya ... ya bertani. Rumahnya sederhana,

punya seekor kerbau ....

Tiba-tiba tawa Mona meledak. Iteung agak kaget.

Mona

: Teueungng... Iteueueungng ... kamu ini bagai-

mana? Memilih cowok dengan kekayaan yang

minim gitu, apa bisa bikin kamu bahagia? Tahun

ribu berapa dia bisa

beliin

kamu mobil?

Iteung terdiam. Mona menguap berkali-kali.

Iteung

:

(bicara sendiri)

Apakah ukuran kebahagiaan itu

seperti yang dikemukakan oleh Mona?

Mona terperanjat bahkan langsung memeluk Iteung ketika

mendengar lolong anjing disertai suara burung hantu. Tentu saja

Iteung jadi kaget. Apalagi melihat wajah Mona yang memucat.

Iteung

: Mona! Kamu

teh

kenapa?

Mona

: Ihhh ... serreeemmm!!! Suara suara itu persis

dalam film horror. Ngeri, Teung! Ngeri!

Iteung tersenyum.

1. Kerjakan soal-soal berikut ini

berdasarkan drama yang

dibaca!

a. Bagaimana kesan Anda ter-

hadap drama tersebut?

b. Kemukakan kembali isi dra-

ma tersebut dengan sing-

kat!

c. Sebutkan tokoh-tokoh da-

lam drama tersebut dan ba-

gaimana karakter mereka

masing-masing!

d. Setujukah Anda dengan si-

kap Abah? Jelaskan dengan

argumen yang logis!

e. Seandainya Anda adalah

Abah yang digambarkan da-

lam tokoh, apa sikap yang

akan Anda lakukan jika

menghadapi masalah seperti

itu?

f. Jelaskan konflik yang terjadi

dalam drama tersebut!

g. Setujukah Anda terhadap

sikap Kabayan? Jelaskan!

h. Jadikan naskah drama “Si

Kabayan” sebagai bahan dis-

kusi tentang analisis kehi-

dupan dalam drama terse-

but!

i. Bentuklah kelompok sesuai

dengan naskah kemudian

berlatihlah membaca ber-

suara!

j. Mintalah pertimbangan-

pertimbangan tentang kele-

bihan dan kekurangan dari

gurumu dan teman-teman-

mu yang lain. Jadikan per-

timbangan itu sebagai bahan

perbaikan pada masa yang

akan datang!

2. Isilah TABEL A untuk meng-

analisis watak setiap tokoh!

145

Bab 11 Drama II

Ikutilah langkah-langkah beri-

kut ini!

1. Bentuklah kelompok berdasar-

kan jumlah tokoh dalam drama

yang Anda pilih!

2. Anda dapat menggunakan dra-

ma

Kabayan

atau mencari drama

lain yang dipilih kelompok!

3. Perankan drama tersebut sesuai

dengan perwatakannya dengan

memperhatikan lafal, intonasi,

tekanan dan mimik dan

ekspresi!

Sambil menunggu giliran me-

merankan drama, berikan peni-

laian kepada kelompok lain yang

sedang tampil! Buat penilaian

seperti TABEL B!

Tokoh

Pemeran

Kabayan

Tk. Lahang

Abah

Nyi Iteung

...

...

Bowo

Rudi

Doni

Dewi

...

...

Lafal

Intonasi

Tekanan

Mimik

Penilaian

TABEL B

No

Tokoh

Penokohan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kabayan

Tk. Lahang

Abah

Nyi Iteung

...

...

1. Baik hati

2. Suka menolong

3. Jujur

...

...

...

...

...

TABEL A

Menulis drama berbeda dengan menulis cerita

narasi. Sebab, drama terdiri atas adegan-adegan

yang di dalamnya meliputi dialog-dialog. Dan, dalam

drama perilaku tokohnya dapat dideskripsikan dalam

dialog tersebut. Selain itu, perilaku tokoh juga dapat

dideskripsikan dalam bentuk keterangan.

Ditinjau dari cara penyajiannya drama dibedakan

menjadi opera, operet, pantomim, tablo, lawak, sen-

dratari, sandiwara radio atau drama mini kata.

Drama mempunyai dua aspek, yaitu aspek cerita

dan aspek pementasan. Aspek cerita mengungkap-

kan peristiwa atau kejadian yang dialami pelaku. Ka-

dang pada kesan itu tersirat pesan tertentu. Keter-

paduan kesan dan pesan terangkum dalam cerita

yang dilukiskan dalam drama.

Aspek pementasan ialah pertunjukan di atas

panggung yang didukung oleh dekorasi panggung,

tata lampu, tata musik, dan sebagainya.

146

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI SMA/MA

I.

Pilihlah salah satu jawaban yang paling

tepat!

1. Untuk dapat memerankan satu emosi dalam

drama, hal yang tidak perlu diperhatikan adalah

... .

a. ekspresi wajah

d.

setting

b. keterampilan kaki e. interpretasi

c. suara dan ucapan

2. Di bawah ini yang bukan fungsi dialog adalah ... .

a. mengemukakan persoalan

b. menjelaskan tentang tokoh/ perannya

c. penggerak plot agar maju

d. membuka fakta

e. sarana kedua sebuah cerita dalam skenario

3. Jika terdapat empat babak drama, puncak/kli-

maks dari yang paling besar terletak pada babak

ke ... .

a. satu

d. satu dan empat

b. empat

e. tiga

c. dua

4. Jika Anda membuat drama yang akan digunakan

untuk memberikan kecaman atau kritikan terse-

lubung terhadap suatu badan tertentu, berarti

Anda membuat suatu ... .

a. tragedi

d. force

b. melodrama

e. satire

c. komedi

5. Berikut ini yang bukan merupakan unsur intrinsik

karya sastra adalah ... .

a. alur

d. penokohan

b. latar

e. budaya

c. tema

6. Berikut ini yang bukan merupakan unsur eks-

trinsik karya sastra adalah ... .

a. budaya pengarang

b. psikologis pengarang

c. karakter tokoh

d. agama pengarang

e. sosiologis pengarang

7.

Hal-hal yang tidak perlu diperhatikan dalam pem-

bacaan dialog drama adalah ... .

a. lafal

d. tempo

b. kelembutan

e. intonasi

c. tekanan

8. Seorang pemain drama yang baik adalah seorang

yang memiliki kemampuan berikut,

kecuali

... .

a. berakting dengan wajar

b. menjiwai atau menghayati peran

c. terampil dan kreatif

d. berdaya imajinasi kuat

e. berpenampilan menarik

9. Tanda kurung (...) dalam drama merupakan ... .

a. ucapan langsung

b. penjelasan untuk lakon atau situasi

c. latar

d. bagian penting drama

e. dialog yang diucapkan

10. Berikut ini yang tidak menggambar watak pe-

meran drama adalah ... .

a. penampilan fisik

b. penampilan laku fisik

c. penampilan vokal

d. penampilan emosi dan IQ

e. penampilan rohani

II. Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat!

1. Apa yang dimaksud aspek cerita dalam drama!

2. Apa yang dimaksud dengan menyadur drama!

3. Sebutkan langkah-langkah menyadur drama!

4. Sebutkan bagian-bagian dalam drama!

5. Carilah arti istilah-istilah drama di bawah ini:

a. opera

b. operet

c. pantomim

d. tablo

e. sendratari

Kekhasan naskah drama ialah adanya dialog, alur,

dan episode. Dialog drama biasanya disusun dalam

bentuk skenario (rencana lakon sandiwara secara

terperinci).

Pelbagai macam bentuk drama, seperti tragedi,

melodrama, komedi, force, dan satire.

Perilaku tokoh dalam naskah drama tercermin

dari dialog dan/atau disertakan dalam bentuk

keterangan lakuan. Keterangan lakuan mendeskrip-

sikan perilaku tokoh. Dalam naskah drama ditulis di

antara tanda kurung dan biasanya dicetak miring.

Menyadur adalah menyusun kembali cerita seca-

ra bebas tanopa merusak faris besar cerita. Cerpen

terdiri atas paragraf-paragraf, sedangkan drama ter-

diri atas adegan-adegan dan dialog.

Teknik peran (

acting

) adalah cara mendayaguna-

kan peralatan ekspresi baik jasmani maupun rohani

serta keterampilan dalam menggunakan unsur penun-

jang. Keterampilan menggunakan alat ekspresi jasma-

ni adalah keterampilan menggunakan tubuh, kelen-

turan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran

vokal, dan kekayaan imajinasi yang diwujudkan dalam

tingkah laku. Peralatan ekspresi yang bersifat keji-

waan adalah imajinasi, emosi, kemauan, daya ingat,

inteligensi, perasaan, dan pikiran.